Selasa, 05 April 2016

Twoshoot - My Heart (2 of 2)


Daerah pemakaman di daerah Jakarta Selatan terlihat ramai karena adanya penghuni baru di pemakaman tersebut. Jelas saja itu hal biasa jika orang biasa yang nantinya akan di tenggelamkan di dasar tanah bersama dengan yang lain yang telah berpulang ke sisi Tuhan, tapi ini bukan orang sembarangan. Hal itu menyebabkan pemakaman Salandra di daerah Jakarta Selatan terlihat penuh dengan banyaknya orang yang datang.
            Rio berdiri di ujung gerombolan keluarganya. Dia terlihat menundukkan wajahnya dalam. Merasa bersalah atas kematian seseorang yang saat ini bersiap untuk ditenggelamkan ke dasar tanah untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Rio memasang kembali kacamata hitamnya agar keadaan matanya sekarang tersamarkan oleh keluarganya dan rekan-rekan yang lain.
“Jangan merasa bersalah lagi nak. Ini semua takdir. Ibu yakin, dia sekarang udah tenang di sisiNya. Jadi kamu gak usah merasa khawatir lagi.”
“Ini semua salah Rio bu.”
“Enggak. Ini semua takdir kak. Kakak gak usah merasa bersalah.” Acha – adik Rio satu-satunya mendekat kearah kakaknya dan memeluk kakaknya dari samping. Mengusap punggung tegap kakanya untuk menenangkannya.
            Rio balas memeluk adik cantiknya itu. Mengelus lembut rambut panjang Acha kemudian menciumnya di puncak kepalanya. Dia tersenyum pada kedua orang tuanya untuk meyakinkan mereka bahwa dia sudah tidak apa-apa. Rio kembali mengalihkan pandangannya pada makam orang yang meninggalkannya pada hari itu.
“Selamat jalan Pak. Terima kasih untuk semua kebaikan hati bapak pada keluarga Rio. Terima kasih atas pengabdian bapak selama ini pada keluarga Rio. Maaf untuk segala hal yang udah pernah Rio lakuin ke Bapak. Maaf karena Rio yang membuat bapak seperti ini. Semoga semua amal perbuatan bapak dapat diterima dengan baik di sisi Tuhan. Semoga bapak mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Selamat jalan Pak Andi Suroto.”
**********
            Rio menggenggam tangan Alyssa dengan eratnya. Dia memperhatikan wajah cantik itu dengan seksama. Merasa menyesal mengapa dia baru kali ini menatap wajah Alyssa dengan sepenuh hatinya. Tangan Rio terulur ke wajah wanita itu. Menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantiknya. Kemudian memajukan wajahnya dan mengecup singkat dahi Alyssa dengan segenap perasaanya.
“Rio.”
            Rio tersenyum kepada ibu mertuanya yang saat ini tengah berjalan kearahnya. Dia langsung mengecup punggung tangan ibu mertuanya tersebut sebelum beralih kembali pada istrinya yang masih terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit Cakrawala.
“Sudah 5 hari Ma. Rio belum menemukan tanda bahwa Alyssa akan sadar.” Ucapnya lirih.
            Mama Alyssa- Maria Kencana, hanya tersenyum paksa mendengar penuturan menantunya. Dia hanya bisa menepuk nepuk punggung tegap menantunya itu untuk memberikan kekuatan.
“Semuanya akan baik-baik saja Mario. Mama sangat yakin. Kamu gak usah khawatir. Pergilah ke kantormu. Biar gantian Mama yang menjaga Alyssa disini.”
“Maafin Rio Ma. Rio belum bisa menjadi menantu idaman Mama. Belum ada 1 hari Rio sah menjadi suami Alyssa saja dia sudah seperti ini. Ini kesalahan Rio Ma. Rio minta maaf.”
“Ini takdir nak, kamu tidak perlu menyalahkan diri terus menerus seperti itu. Sudah sana kembali ke kantormu. Bekerjalah dengan giat, mama yakin Alyssa pasti senang mendengarnya.”
            Rio mengangguk kemudian mengecup punggung tangan mertuanya dan mengecup dahi Alyssa lama. Berharap jika ada keajaiban datang untuk membangunkan Alyssa kembali dan membiarkan dirinya bahagia bersama wanita itu.
**********
            Rio berlari dengan semangatnya setelah menerima telepon dari ayah mertuanya yang mengabarkan bahwa Alyssa sudah siuman. Hari ini sudah genap 1 minggu Alyssa terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Mario merasa sangat bersyukur karena hari ini, istrinya akhirnya terbangun juga dari tidur panjangnya.
            Rio masuk ke dalam kamar rawat Alyssa dan menemukan keluarganya dan keluarga wanita itu yang semuanya berkumpul di dalam kamar. Dia melangkah mendekat kemudian tersenyum senang saat sudah menemukan istrinya sedang menatap kearahnya.
“Kami menunggu di luar. Ayo.”
            Alyssa diam saja melihat seluruh keluarganya keluar dari kamarnya. Matanya masih menatap wajah tampan di hadapannya saat ini. Laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya. Laki-laki yang mulai saat ini akan terus bersama dengannya dalam 1 atap yang sama. Laki-laki yang harus ia hormati dan laki-laki yang akan menuntunya untuk menjalani kehidupan pernikahan yang akan mereka jalani mulai saat ini.
“Apa kabar ??” Alyssa membuka suaranya terlebih dahulu.
            Rio hanya tersenyum kemudian menggenggam tangan wanita itu erat. Tangan lainnya menyusuri wajah cantik Alyssa. Kemudian menyusuri rambut wanitanya yang walaupun kurang terawat selama wanita itu koma kemarin tetap saja halus dan bersih.
“Maaf. Maaf karena harus membuatmu mengalami hal seperti ini.”
Alyssa menggeleng. “Tidak. Justru aku harus mengucapkan banyak terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku. Aku tidak tahu apa jadinya jika waktu itu kamu tidak memelukku. Aku sangat berterima kasih untuk itu.”
“Sudah merasa lebih baik ??” Tanya Mario untuk mengalihkan hawa tak biasa diantara mereka.
            Alyssa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia tersenyum hangat kepada laki-laki yang sebenarnya sudah sah menjadi suaminya dari 1 minggu yang lalu tetapi dikarenakan ada insiden yang harus dialami mereka membuat Alyssa tidak sadarkan diri selama itu. Senyuman Alyssa menular kepada laki-laki yang ada di dalam satu ruangan bersamanya. Dia menggenggam erat tangan wanitanya kemudian mengecup dahi Alyssa dengan penuh kasih sayang.
“Kamu harus selalu mengingat satu kalimat ini. Aku adalah suamimu dan kamu adalah istriku. Dan mari kita membuka lembaran baru dengan menjadi pasangan yang sah di mata Negara dan Tuhan yang Maha Esa.”
**********
Alyssa meninggalkan dapur dengan tergesa-gesa saat mendengar bunyi pintu bel rumahnya. Dia membuka pintunya dengan sangat antusias dan benar saja di depan pintu rumahnya sudah ada suaminya yang tersenyum hangat kearahnya juga sepasang mata mungil nan cantik yang juga sedang melihat kearahnya. Alyssa bergegas mengambil putri ciliknya untuk gantian ia yang menggendong.
“Putri Bunda habis darimana sama ayah.” Tanya Alyssa pada malaikat kecilnya yang baru berusia 9 bulan. Putri kecilnya yang bernama Kirana Putri Sanjaya.
            Rio hanya tersenyum kemudian mendekat kearah istrinya dan mencium dahi wanitanya seperti biasa. Dia kemudian meminta ijin untuk masuk ke dalam kamar terlebih dahulu untuk membersihkan diri yang langsung dijawab anggukkan oleh wanitanya. Selepas mengajak Kirana berkeliling komplek perumahannya dengan berjalan kaki, Rio merasa seluruh tubuhnya terasa lengket. Jadi dia memutuskan untuk bersih-bersih dahulu seraya menunggu istrinya selesai menyiapkan makan malamnya.
“Putri Bunda habis darimana. Kok pertanyaan Bunda gak dijawab sayang.”
            Alyssa mengamati wajah cantik putrinya yang baru berusia 9 bulan itu. Mempunyai mata yang besar, bibir tipisnya, kedua pipinya nampak menyembul menggemaskan. Dia mengusap kedua pipi Kirana dengan gemas membuat putri ciliknya tertawa dengan riangnya. Alyssa ikut tertawa kemudian membawa putrinya ke arah dapur untuk melanjutkan sesi memasaknya yang tadi sempat tertunda.
“Udah dilanjut Pris.” Alyssa membelalakan matanya saat melihat seluruh hidangan yang akan dibuatnya malam ini sudah tersedia seluruhnya di atas meja dapur.
“Iya mba. Tadi udah Prista lanjutin. Maaf ya mba Lys.” Jawab Prista. Salah seorang siswa SMK yang sedang meluangkan waktunya dengan bekerja bersama keluarga kecil Alyssa. Dia hanya bertugas membantu mengurus rumah saja dan menjaga Kirana jika ia dan Rio memang disibukkan dengan kegiatan lainnya.
“Iya gapapa. Kamu jangan takut-takut gitu Pris. Udah mandi belum ??” Prista menggeleng. “Yasudah lebih baik kamu mandi setelah itu kita makan malam bersama. Terima kasih udah membantu mba ya Pris.”
“Iya mba sama-sama. Ini udah tugas Prista. Prista masuk dulu ya mba.”
            Alyssa hanya mengangguk kemudian bercanda kembali bersama buah hatinya seraya memindahkan makanan yang sudah jadi yang diletakkan Prista diatas meja dapur ke meja makan. Setelah semuanya selesai, Alyssa duduk di sofa tunggal ruang tamunya untuk melanjutkan bermain bersama Kirana seraya menunggu Rio dan Prista selesai.
“Kiran suka sekali gigit jempol ya sayang.” Tangan Alyssa dengan sigap menjauhkan kedua tangan Kirana supaya putrinya tidak menggigit jempolnya kembali.
“Kenapa ?? Kiran haus ??” Alyssa melihat mata putrinya yang berkaca kaca tanda sebentar lagi putrinya itu akan menangis kencang. Dia dengan sigap menyusui Kirana supaya putrinya tidak menangis.
“Sudah siap makan malamnya belum Bun ??”
            Alyssa mengalihkan tatapannya ke wajah suaminya yang sekarang sudah duduk di sebelahnya. Dia mengangguk sebagai balasan.
“Ayah makan dulu aja gapapa. Nanti Bunda nyusul. Kiran haus Ayah.”
“Ayah nunggu Bunda aja.” Alyssa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Prista dimana Bun ? Daritadi ayah gak lihat.”
“Lagi mandi. Tadi habis bantuin bunda masak soalnya.”
            Rio hanya mengangguk. Dia mengusap pelan kepala mungil milik putrinya itu kemudian mengecupnya pelan. Kemudian mengamati putrinya kembali dan langsung terbit senyum laki-laki itu. Tangannya berada di kaki Kirana kemudian menggelitikinnya pelan membuat bayi mungil itu menggerak gerakkan kakinya tanda tidak suka.
            Tetapi Rio tetap saja melakukan hal tersebut seraya tertawa sendiri. Rio bisa melihat Kiran menatap kearahnya dengan tidak suka kemudian putri kecilnya itu melepaskan sumber makannya dan menangis kencang. Rio hanya tertawa mendapat cubitan di lengannya. Dia mengusap usap kaki gembul Kiran untuk menenangkan. Bukannya tenang, tangisan Kiran semakin menjadi membuat Rio panik sendiri.
“Jahil.” Celetuk Alyssa seraya berdiri dari duduknya.
“Maaf sayang. Biasanya kalau aku ajak Kiran bercanda dia gak masalah.”
“Itu beda Ayah. Kiran lagi gak laper dan gak capek. Tadi kan habis dibawa ayah keliling kompleks. Saat kiran lagi minum ayah malah ganggu.”
“Maaf Bunda.” Rio beralih kepada putrinya yang masih menangis. “Maafin Ayah ya sayang, Ayah janji gak akan jail lagi sama Kiran. Jangan nangis lagi ya. Nanti ayah beliin boneka besar buat Kiran.”
            Alysaa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya itu seraya menimang Kiran agar tidak menangis lagi. Memang kadang-kadang apa yang dilakukan Rio kepada Kiran itu seperti kepada seorang anak yang umurnya 11 tahun. Dia masih tidak sadar bahwa yang ia ajak bicara adalah seorang bayi yang masih berumur 9 bulan.
“Sini biar ayah aja yang gendong Kiran.”
            Rio mengangkat Kiran dengan paksa kedalam gendongannya dan akibatnya bayi mungil itu bertambah hebat tangisannya membuat Rio harus ekstra dalam memberhentikan tangisannya. Alyssa hanya diam saja, ingin melihat sejauh mana Rio bisa menghentikan tangisan Kiran.
“Ayah lagi ngomong sama Kiran loh, dan ayah harus tau kalau umur Kiran baru 9 bulan.”
“Semakin banyak kita bicara dan mengeluarkan kata yang berbeda itu membuat Kiran cepet pinter bicara Bun. Saat kita bicara, impuls’nya sudah bisa menerima dan menyimpannya di dalam otaknya. Jadi Bunda tenang aja. Ayah lagi mengajarkan Kiran supaya cepet pinter ngomong.” Rio hanya tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya seraya masih menimang Kirana yang masih terus menangis.
“Kenapa mba Lys ?? Kok Kiran nangisnya kenceng banget.”
“Gara-gara ayahnya Pris. Udah biasa.” Ify tertawa kecil.
“Mas Rio apain Kiran mas. Kok nangisnya bisa kenceng banget kayak begitu. Biasanya Kiran paling nempel sama mas Rio.”
“Tak kasih rumus cinta Pris. Gara-gara Kiran gak ngerti makanya nangis.” Rio tertawa kecil setelah selesai berkata seperti itu. Alyssa dan Prista hanya tersenyum kecil menanggapi.
“Kamu makan dulu aja Pris. Nanti mba sama mas Rio nyusul.”
Prista tersenyum sopan. “Enggak deh mba Lys. Nanti Prista makan di rumah aja. Kebetulan Ibu bikin makanan kesukaan Prista hari ini. Jadi Prista makan di rumah aja.”
“Loh kok malah pulang ??” Ujar Rio yang masih sibuk menimang Kiran. Walaupun tangisan Kiran sudah mereda, tetapi putrinya masih sesenggukan membuatnya tidak tega.
“Iya mas Rio. Pengin kumpul sama ibu Bapak. Kebetulan Prista sudah lama tidak makan malam bersama keluarga Prista.”
Rio hanya mengangguk seraya tersenyum.
“Yasudah kalau begitu. Kamu berani pulang sendirian ?? Kalau enggak biar mas Rio yang nganterin kamu.” Ujar Alyssa seraya menepuk nepuk bahu remaja tanggung tersebut.
“Berani dong mba. Lagian rumah mas Rio dan mba jalan depannya gak gelap kok. Jadi Prista berani seperti sebelum-sebelumnya.”
“Yasudah kalau begitu Pris. Hati-hati ya, salam untuk keluarga.”
“Siap mas. Yasudah, Prista pulang dulu ya mas, mba. Kiran cantik, kakak pulang dulu ya. Jangan nangis lagi. Ayah kan Cuma bercanda. Hehe. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Bun, sepertinya Kiran masih laper. Bunda terusin ya. Di meja makan sekalian nemenin ayah makan.”
            Alyssa hanya mengangguk kemudian mengambil Kiran untuk ia gendong. Kemudian berjalan menyusul Rio ke ruang makan. Mereka makan dalam nuansa yang menghangatkan karena di dalamnya tertuang kasih dan sayang satu sama lain. Selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat yang sebegitu indahnya kepada keluarga kecil Mario. Saat ini, mereka mulai belajar menjalani kehidupan yang lebih baru lagi dimana ada Kiran – putri pertama keluarga kecil Sanjaya di dalamnya.
**********
            Rio baru saja keluar dari kamar mandi dengan kedua tangannya yang masih sibuk mengeringkan rambutnya yang basah. Kemudian terkesiap saat melihat Kiran yang sedang berbaring di tengah ranjang King Size.nya. Dia mendekat seraya menatap ke penjuru kamar dirinya untuk mencari istrinya.
“Kiran kok sendirian ?? Bunda kemana sayang ??” Tanya Rio seraya ikut berbaring di sebelah putri kecilnya itu.
            Rio mengamati Kiran yang sudah lengkap dengan baju tidurnya. Kedua tangan mungilnya tertutup sarung tangan yang lucu. Serta kedua kakinya. Seluruh kain yang melekat di tubuh mungil Kiran berwarna pink membuat tingkat menggemaskan Kiran semakin bertambah.
“Putri ayah cantik sekali. Harum lagi.” Dengan gemas Rio mencium pipi gembul Kiran membuat putri kecilnya tertawa kecil melihat ayahnya yang sudah berada di satu tempat bersamanya.
“Sebentar ya sayang. Ayah mau ambil baju dulu. Setelah ini kita bermain ya.”
            Tangan Rio menggapai handphone.nya yang ada diatas nakass kemudian mendial nomer 1 yang langsung tersambung ke handphone istrinya. Sambil menunggu panggilannya tersambung, dia berjalan kearah lemari dan mengambil 1 kaos berwarna abu-abu berlengan pendek kemudian memakainya.
“Kamu kemana sih sayang.”
            Rio gemas sendiri karena telepon dirinya yang sudah terhitung ke enam kalinya tidak juga diangkat oleh wanitanya. Panggilan ke tujuh jika tidak diangkat juga, maka Rio berjanji akan menelepon polisi untuk membantunya mencari istrinya itu.
Rio bernafas lega saat panggilannya dijawab oleh istrinya.
“Halo sayang. Kamu kemana aja ?? Kamu ninggalin Kiran begitu aja di tengah ranjang. Biasanya kamu gak pernah berbuat seperti itu.”
“Ini siapa ??”
DEG !!!
            Rio melebarkan mata saat terdengar suara barithon yang Rio yakini adalah suara milik laki-laki terdengar lewat ponsel istrinya. Tanpa sadar, dia mengepalkan tangannya dan wajahnya menjadi merah padam.
“Loe siapa ?? Dimana Alyssa ??” Tanya Rio murka.
“Alyssa ?? Ooh dia tadi pamit ke kamar mandi. Ada perlu apa ?? Biar gue yang nyampein ke Alyssa.” Jawab suara diseberang sana dengan santainya.
“Kenapa loe berani-beraninya megang ponsel istri gue. Hah.”
 “Jelas berani. Kenapa enggak. Gue punya hak megang handphone ini.”
“Apa hak loe. Kasih tahu gue loe siapa dan kalian sekarang berada dimana.”
“Gue Jason Leonardo, dan gue sekarang sedang berada di taman Hati. Loe tahu kan filosofi taman ini kayak apa ?? Satu yang gue inget. Jika kita membawa pasangan kita ke taman ini, maka orang itu akan benar-benar berpasangan dengan wanitanya atau jika sudah berpasangan maka akan semakin dieratkan. Right ??”
“Sialan. Gue tegasin sama loe, jangan berani-beraninya nyentuh istri gue. Atau kalau enggak, gue akan mematahkan leher loe dan membuang mayat loe ke jurang yang paling dalam. Mengerti.” Desis Rio dengan marah.
            Dengan kesal, dia memutuskan panggilannya secara sepihak. Emosinya sekarang ini benar-benar sedang berada di puncak. Dia benar-benar marah pada pria di seberang sana yang dengan seenaknya mengucapkan kalimat yang malah semakin memicu emosinya.
            Dia mengalihkan pandangannya ke arah putri kecilnya yang sedari tadi melihat kearahnya dengan keingintahuan seraya mengemut ibu jarinya yang tertutup sarung tangan. Rio mendekat kearah putrinya seraya berusaha untuk menormalkan nafasnya yang tidak teratur dan meredakan emosinya untuk sekarang ini.
“Sekarang Kiran ikut Ayah ya sayang. Kita nyusul Bunda.”
            Rio meminta bantuan supir kantornya untuk menjemput dan mengantarkannya ke taman hati karena ada Kiran dalam gendongannya. Tidak mungkin dia menyetir seraya membawa kiran dalam pangkuannya.
“Lihat aja apa yang akan aku lakuin saat kamu benar-benar bersama pria lancang itu sayang. Hukuman menantimu.” Desis Rio seraya menatap lurus ke depan.
            Perjalanan serasa di tempuh sangat lama oleh Rio karena emosinya yang saat dia sudah tiba di taman hatipun masih belum mereda malah makin menjadi. Teringat dengan ucapan terakhir pria itu di telepon yang menjelaskan filosofi taman ini. Istrinya itu memang kerap kali memintanya untuk ke tempat itu. Tetapi karena beberapa bulan ini dia disibukkan dengan acara kerjasama yang akan dilakukan perusahaannya dan perusahaan Albert yang berada di Amerika, maka dia tidak sempat untuk mewujudkan keinginan Alyssa.
            Jika tahu Alyssa sangat ingin ke tempat ini sampai mengajak pria lain, dia tidak akan mementingkan kerjasama itu. Biarkan dia mengalami kerugian daripada harus kehilangan istri cantiknya itu.
            Rio merapatkan jaket biru dongker Kiran seraya berjalan masuk ke dalam taman untuk mencari istrinya itu. Dia mengernyitkan keningnya bingung. Sejak kapan taman Hati menjadi sepi seperti ini. Karena alasan lain yang membuatnya malas untuk datang ke tempat ini adalah taman Hati selalu ramai pengunjung setiap harinya. Jadi dia malas untuk berdesak-desakkan saat dia ingin bersama dengan keluarga kecilnya saja.
“Maaf mas. Tamannya kok sepi. Ada apa ya.” Tanya Rio ke pemuda tanggung yang sedang menjual Es di taman Hati tersebut.
“Masuk aja gapapa mas. Tidak ada acara apapun kok mas. Sedang ada pesta kembang api saja di dalam. Semuanya sudah berkumpul di dalam.”
            Rio tambah bingung dengan semua ini. Pesta kembang api ?? Jika memang ada pesta, seharusnya tempat ini ramai sekali oleh pengunjung.
            Rio melangkah masuk dan semakin Rio masuk ke dalam, tempat tersebut semakin gelap hingga Rio berhenti di tempat yang paling gelap seraya memeluk Kiran erat. Udaranya sangat dingin dan menusuk tulang.
“Alyssa. Kamu dimana ?? Ini aku Rio.” Teriak Rio untuk menemukan keberadaan Alyssa.
“KIRAN.” Rio membelalakan matanya saat dirasakan olehnya ada seseorang yang mengambil Kiran secara paksa kemudian orang tersebut langsung berlari menjauh seraya membawa Kiran tanpa sepengetahuan Rio yang terlalu lama menyadari kejadian yang baru saja ia alami.
“KIRANAAA. SIALAN, KEMBALIKAN ANAK GUE.”
            Saat Rio ingin berlari mengejar seseorang yang mengambil Kiran, dia merasakan pelukan erat dari arah depan. Rio menegang ditempat saat tempat yang ia pijak sekarang berubah menjadi tempat yang paling indah saat lampu seluruhnya sudah menyala. Dia hanya bisa terdiam melihat pemandangan di depan matanya. Rumput yang berbentuk hati menyala dengan indahnya dan disertai api yang melingkar disana. Sangat menakjubkan. Dan juga seluruh keluarganya dan keluarga wanitanya berkumpul disana. Ada kerabat Rio dan Alyssa juga yang turut hadir disana. Tersenyum seraya melihat kearahnya.
Happy anniversary ke dua tahun suamiku. I love you more than you know. I love you so much my husband.
“Alyssa.”
            Alyssa hanya mengangguk dengan kedua tanganya yang masih memeluk perut suaminya dengan erat. Rio masih terdiam di tempatnya. Masih belum bisa menerima semua hal yang sudah terjadi dalam hidupnya.
“KIRAN, SAYANG. Dia dibawa pergi sama ....”
“Sssttt. Dia aman sekarang. Dia lagi bersama dengan pamanya.”
“Paman ??”
“Orang yang tadi menjawab panggilan dari kamu.”
“Jadi dia ...”
Alyssa tertawa seraya menganggukkan kepalanya. “Aku yang udah ngerencanain ini semua.”
“Alyssa. Kamu bikin aku marah, kamu bikin aku takjub, kamu bikin aku khawatir, kamu bikin aku jantungan dan kamu bikin aku pengin makan kamu sekarang juga.”
Alyssa hanya tertawa pelan menanggapi ucapan suaminya.
“Ini hari spesial kita yang kedua tahun. Bagaimana ??”
“Selalu menakjubkan sayang, seperti perayaan sebelumnya. Bahkan ini lebih menajkubkan.”
Alyssa tersenyum seraya menatap penuh cinta kearah suaminya. “Thanks for all my husband. I’m very happy because always be your side. Love you so, Rio.”
Too honey. Terima kasih juga untuk segala yang kamu kasih buat aku. Terima kasih karena bersedia berada di sampingku sampai saat ini. Terima kasih telah merawat aku dan Kiran dengan sebaik mungkin. Terima kasih telah menjadi istri yang menakjubkan dan menjadi ibu yang kuat dan tegar. Thanks for all honey.”
            Alyssa hanya tersenyum mendengarkan ucapan suaminya itu. Dia memejamkan saat Rio sudah mulai memajukan wajahnya. Tangan Rio berpindah ke pinggang ramping Alyssa dan Alyssa dengan reflek mengalungkan kedua tangannya di leher lelakinya. Bibir mereka menyatu seiring dengan bunyi kembang api yang dinyalakan dalam waktu bersamaan semakin menambah kesan romantis di taman Hati.
            Rio memperdalam ciumannya, tidak perduli jika disana hadir pula keluarga besar mereka dan kerabat dekat mereka. Rio hanya ingin melampiaskan apa yang terjadi hari ini lewat ciuman itu. Dia semakin mengeratkan pelukanya pada pinggang ramping istrinya begitupula dengan Alyssa.
            Kesan romantis yang sederhana tapi akan selalu diingat sepanjang masa. Momen-momen seperti inilah yang selalu ditunggu oleh seluruh keluarga yang ada di dunia ini. Momen inilah yang membuat seluruh keluarga di dunia merasa senang dalam menjalani kehidupan baru mereka bersama dengan orang yang baru pula.
            Rio sudah sangat puas dan bersyukur karena Tuhan sudah menyatukan dirinya bersama dengan Alyssa. Kemudian dikaruniai seorang anak yang cerdas seperti Kirana. Tidak ada hal lain lagi yang lebih membahagiakan dibandingkan dengan keluarga kecilnya. Hanya bisa berharap, keluarganya akan baik-baik saja dan tetap utuh sampai maut memisahkan mereka.

*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*